Muqaddimah
Puja dan puji bagi Allah yang telah menyerahkan timbangan keadilan ke tangan orang-orang yang berpikir, yang mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, pahala dan siksa, yang telah menurunkan kitab-kitab kepada mereka, menjelaskan yang salah dan yang benar, menjadikan berbagai syariat yang sempurna, tiada kekurangan dan tiada cela.
Saya memuji-Nya dengan pujian orang yang mengetahui bahwa Dialah Pencipta sebab, saya beraksi terhadap keesaan-Nya dengan kesaksian orang yang tulus dalam baiatnya, tanpa disusupi keragu-raguan dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, yang diutus untuk melibas kekufuran dengan iman, sehingga kegelapan menjadi sirna karena cahaya petunjuk dan tabir pun menjadi tersingkap.
Beliau menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka, menjelaskan kandungan Al-Kitab yang rumit, lalu meninggalkan mereka berada pada hujjah yang putih, tanpa ada kepalsuan dan tanpa ada fatamorgana. Shalawat Allah semoga dilimpahkan kepada beliau, seluruh kerabat, para sahabat dan tabi’in, melimpahi mereka dengan kebaikan hingga Hari Kiamat, amma ba’d.
Sesungguhnya nikmat terbesar yang dilimpahkan kepada manusia adalah akal. Sebab akallah yang menjadi alat untuk mengetahui Allah dan merupakan sebab yang menghantarkan kepada pembenaran para rasul. Hanya saja karena akal ini tidak bisa diangkat ke suatu drajat yang diinginkannya dari hamba, maka para rasul pun diutus dan kitab-kitab diturunkan. Syariat bisa diibaratkan matahari, dan akan bisa diibaratkan mata. Jika mata itu dibuka dan normal, tentu ia bisa melihat matahari. Ketika akan menerima kepastian perkataan para nabi, yang dikuatkan dengan dalil-dalil mukjizat, maka akal itu pun tunduk kepada mereka dan bersandar kepada mereka dalam perkara-perkara yang tidak dapat dicerna akal.
Ketika Allah melimpahkan nikmat yang berupa akal kepada alam manusia ini maka Dia memulainya dengan nubuwah bapak mereka, Adam ‘alaihis salam. Beliau mengajarkan kepada mereka apa yang diwahyukan Allah, sehingga mereka berada pada kebenaran. Hanya saja dengan nafsunya sendiri Qabil membunuh saudaranya. Setelah itu menyebar berbagai nafsunya sendiri Qabil membunuh saudaranya.
Setelah itu menyebar berbagai macam nafsunya di kalangan manusia, dan lama-kelamaan menyeret mereka kepada kesesatan, hingga mereka menyembah patung dan berbeda-beda dalam keyakinan dan perbuatannya, sampai-sampai mereka menyalahi para rasul dan akan, hanya karena mengikuti tuntutan nafsu, cenderung kepada tradisi dan meniru-niru pemimpin mereka. Iblis pun bertepuk tangan membanggakan dugaannya sejak semula, karena mereka mengikutinya, kecuali hanya sedikit di antara mereka yang beriman.
Ketahuilah bahwa para nabi membawa keterangan yang mencukupi, menghadapi berbagai penyakit dengan obat penawar yang muzarab dan meniti satu jalan yang tidak saling bertentangan. Lalu setan datang mencampuri keterangan dengan syubhat, mencampuri obat penawar dengan racun, membelokkan jalan yang lurus ke jalan yang menyesatkan. Setan terus-menerus mempermainkan akal, sehingga memecah belah Jahiliyah menjadi beberapa madzhab dan bid’ah yang buruk. Akibatnya, mereka menyembah berhala di dalam Baitul-Haram, mensucikan kepulan asap dupa dan anak sapi, membunuh anak perempuan secara hidup-hidup, tidak menganggap para wanita sebagai ahli waris dan berbagai macam kesesatan lain yang telah dikemas Iblis. Maka Allah mengutus Muhammad, untuk menyingkirkan berbagai macam keburukan dan mensyariatkan hal yang baik-baik. Para sahabat berjalan bersama beliau dan setelah beliau di bawah pancaran sinar, selamat dari tipu daya dan ulah setan.
Ketika perjalanan siang hari dan kehidupan para sahabat mulai surut dan temaram, mulailah bayang-bayang kegelapan, lalu bisikan-bisikan nafsu mulai menciptakan berbagai macam bid’ah. Jalan yang tadinya lapang mulai menyempit, lalu mereka menggolong-golongkan agama dan mereka pun menjadi tidak padu. Di sinilah Iblis bangkit menciptakan hal-hal yang serba gemerlap dan mengecoh, mencabik-cabik dan memecah-belah. Sepicing pun matanya tak pernah berhenti mengintip.
Maka dari itu saya merasa perlu untuk memperingatkan ulah setan dan menunjukan pancingan-pancingannya. Karena dengan mengenali kejahatan, bisa membangkitkan diri untuk besikap waspada agar tidak tersesat ke dalam kejahatan itu.
Di dalam Ash-Shahihain, dan hadist Hudzaifah, dia berkata, “Orang-orang bertanya tentang kebaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan saya bertanya tentang kejahatan karena saya takut akan mengerjakannya.”
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata, “Demi Allah saya tidak memperkirakan di muka bumi pada saat sekarang ini ada seseorang yang lebih suka agar setan binasa, daripada saya.”
Ada seseorang bertanya, “Bagaimana itu?” Dia menjawab, “Demi Allah, karena dia benar-benar menciptakan bid’ah di Timur dan di Barat, lalu seseorang membawanya kepadaku. Ketika dia sudah tiba di hadapanku, maka saya menumpasnya dengan As-Sunnah. Lalu dia pun menjadi sadar kembali.
Saya sengaja menulis buku ini sebagai peringatan dari cobaan setan, takut terhadap ujiannya, menyingkap tabirnya, menjelaskan perangkapnya yang ditutup-tutupi. Sesungguhnya Allah akan mengulurkan bantuan dengan kemurahan-Nya, dan setiap orang yang benar tentu akan meraih tujuannya.
Saya membagi buku ini menjadi tiga belas bab, yang kesemuanya mengungkap tentang talbis iblis, perangkap setan. Semoga Allah melimpahkan taufik kepada saya tetang apa yang ingin saya raih ini dan mengilhamkan kebenaran tentang apa yang saya kehendaki.
Adapun bab-bab ini adalah:
Bab I : Perintah mengikuti As-Sunnah Wal-Jama’ah
Bab II : Celaan terhadap bid’ah dan ahli bid’ah.
Bab III : Mewaspadai talbis iblis
Bab IV : Pengertian talbis iblis dan tipu daya
Bab V : Talbis Iblis dalam masalah keyakinan dan agama
Bab VI : Talbis Iblis tehadap ulama, dengan segala disiplin ilmunya
Bab VII : Talbis Iblis terhadap penguasa dan pejabat negara
Bab VIII: Talbis Iblis terhadap ahli ibada, dengan segala jenis ibadahnya
Bab IX : Talbis Iblis terhadap ahli zuhud
Bab X : Talbis Iblis terhadap sufi
Bab XI : Talbis Iblis terhadap orang-orang yang mengaku mendapat karamah dan wangsit
Bab XII : Talbis Iblis terhadap orang-orang awam
Bab XIII: Talbis Iblis terhadap siapa pun yang angan-angannya serba muluk-muluk